
Bertemakan "
Membangun Jawa Tengah Yang Berkepribadian di Bidang Kebudayaan" Setda Provinsi Jawa Tengah melalui Dinas Kebudayaan dan
Pariwista (Disbudpar) menggelar dialog budaya yang diikuti kurang lebih 150 orang
perwakilan anggota legislatif, SKPD di lingkungan pemprov,
kabupaten/kota, budayawan, dan akademisi, dimana Perguruan Trijaya diwakili oleh PAC. Ang. Sutrimo Puspoyudo, PAC. Ang. Hartowo, dan PAC. Budiono.
 |
Ganjar Pranowo, Gubernur Jawa Tengah |
Dialog budaya yang dibuka Gubernur
Jateng Bp. Ganjar Pranowo di Wisma Perdamaian, Jl Imam Bonjol, Semarang,
Selasa 10/09/13 membahas keberagaman kekayaan warisan kebudayaan di
Jateng.
Selain itu juga menggali pendekatan budaya guna memecahkan persoalan
masyarakat. Gubernur memaparkan secara singkat bagaimana
berkepribadian di bidang kebudayaan untuk mengimplementasikan program
kerja dan pembangunan birokrasi bersih dalam kepemimpinannya. “Sila Ke 4 Pancasila memberikan tuntunan
musyawarah mufakat melalui rembugan menjadi salah satu kekuatan
budaya yang harus terus dibangun sehingga lingkungan demokrasi bisa
tumbuh, saling mengisi di alam demokrasi,” ujarnya. Budaya Jateng, katanya, juga akan terbentuk ketika wilayah yang
potensial dalam hasil bumi dan hortikultura mampu berdaulat pangan dari
hasil pertanian yang ada di wilayah ini. Melalui
budaya rembugan juga budaya malu, Bp. Ganjar berharap semua
permasalahan di Jateng bisa diselesaikan dengan terbuka sehingga slogan
“Mboten Ngapusi Mboten Korupsi” benar-benar memengaruhi lingkungan yang
saat ini dinilainya masih korup.
 |
Prasetyo Ariwibowo |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Kepala Disbudpar Jateng Dr. Prasetyo Aribowo, SH, M.Soc SC menyatakan,
tujuan dialog untuk mengumpulkan masukan terkait pengembangan kebudayaan di
Jawa Tengah. ''Kami mencoba menggali aspek nilai kebudayaan yang bisa
memberikan manfaat dalam akselerasi pembangunan daerah. Hal ini selaras
dengan pemikiran
Trisakti Bung Karno, yakni berkepribadian di bidang
kebudayaan,'' katanya di sela-sela dialog budaya. Menurut Prasetyo,
banyak persoalan muncul di lapangan seperti halnya konflik aparat dan
masyarakat di Kebumen, PLTU Batang, dan Keraton Solo.

Dialog dimoderatori pengamat budaya,
Prof. Ir. Eko Budihardjo, MSc yang juga mantan Rektor Undip Semarang. Adapun,
narasumber Prof. Dr. Sri Hastanto, S.Kar, Prof. Dr. Soetomo WE MEd, dan Prof. Dr. Fathurokhman. Sri Hastanto
memaparkan kepribadian masyarakat keraton dalam konteks budaya Jawa.
Soetomo berbicara kepribadian masyarakat pesisiran, sedangkan
Fathurokhman memaparkan masyarakat Banyumasan.

Dialog ini diitutup oleh Kepala Bidang Nilai Budaya Seni dan Film, Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata Drs. Budiyanto, SH, M.Hum, dengan membacakan beberapa
rekomendasi penyelesian masalah-masalah yang diangkat dalam acara
tersebut. Konflik di
Batang ini bisa diselesaikan lewat pendekatan budaya pesisiran. konflik di Kebumen bisa diselesaikan dengan pendekatan budaya Banyumasan, begitu
juga Keraton Solo, konflik internal juga bisa dicarikan solusi lewat
pendekatan budayanya.
Komentar
Posting Komentar