HARI RAYA SURA 1949 J / 2015 M

Selama 3 (tiga) hari Peringatan dan Perayaan Hari Raya Sura (HRS) 1949 J / 2015 M dilaksanakan secara meriah dan sakral. Rangkaian acara yang di mulai pada hari Senin Wage s/d Rabu Legi, 12 - 14 Oktober 2015 ini dilaksanakan di Sasana Padepokan Wulan Tumanggal, lereng barat kaki Gunung Slamet. Event sekali dalam satu tahun ini sudah menjadi upacara adat dan tradisi masyarakat jawa pada umumnya termasuk di Perguruan Trijaya Padepokan Argasonya - Pusat Tegal, sekaligus menjadi Hari Raya bagi warga Penghayat Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

Kegiatan yang merangkai beberapa acara ini meliputi kegiatan yang bersifat keilmuan/spritual, organisasi dan kemasyarakatan. "Grebeg Suro" menjadi acara puncak pada setiap peringatan HRS. Sebagai bentuk rasa syukur atas segala pemberian Gusti Ingkang Maha Agung maka pada akhir acara Grebeg Suro ini, semua hasil bumi dan raja kaya yang telah digrebeg diperebutkan oleh semua peserta grebeg yang ada di lokasi tersebut, tak terbatas usia, gender dan strata sosial. Diyakini dari hasil rebutan hasil bumi dan raja kaya akan memberikan manfaat kebaikan bagi kehidupan yang akan datang.



MANDI CURUG
Setiap peserta Hari Raya Sura ini diwajibkan mengikuti beberapa rangkaian acara. Mulai dari Mandi Curug, dimana semua peserta diharuskan untuk bersuci/mandi di Sasana Curug Wulan Tumanggal, yaitu air terjun kecil yang berada di Padepokan Wulan Tumanggal yang telah di rancang secara keilmuan dengan membagi aliran air tersebut menjadi 5 (lima) pancuran yang terbuat dari bambu. Setelah melaksanakan ritual mandi curug secara berkelompok, semua peserta langsung menuju ke Sanggar Pamujan untuk malaksanakan sujudan. Bermaksud memohon kepada Gusti Ingkang Maha Agung agar dalam pelaksanaan Perayaan Hari Raya Sura 1949 J / 2015 M ini diberikan kelancaran dan bermanfaat bagi semua peserta, keluarga, masyarakat, bangsa dan negara

SATE PENGOBATAN
Setelah melaksankan mandi curug dan sujudan, para peserta mengikuti prosesi berikutnya yaitu makan "Sate Pengobatan". Sate yang terbuat dari daging kambing ini merupakan makanan ritual khas Perguruan Trijaya dimana daging kambing tersebut dibakar tanpa menggunakan bumbu, dan pada saat makan, sate pengobatan tersebut  hanya boleh dimakan dengan nasi putih dan sambal kecap. Daging kambing ini sarat dengan doa baik dari proses penyembelihan, pemotongan daging, penusukan daging, pembakaran sate, sampai dengan tata cara penyajiannya ini menjadikan sebuah sate kambing mempunyai khasiat dalam pengobatan segala jenis penyakit. Kebanyakan sate kambing menjadi momok bagi para penderita darah tinggi dan beberapa jenis penyakit lainnya. Namun disini menadi sebaliknya, menjadikannya engergi positif untuk meningkatkan kesehatan, kekuatan dan kemampuan bagi siapapun yang mengkonsumsinya, baik Putera Trijaya, simpatisan, tamu undangan, maupun masyarakat sekitar. Ada yang unik dalam penyajian sate ini.  yaitu dimakan dengan jumlah ganjil untuk hitungan tusuknya dan lokasi makan pun harus jauh dari tempat pembakaran, minimal 3 (tiga) meter. Selain karena alasan ajaran/keilmuan, hal unik tersebut bisa diartikan juga secara logika, baik hitungan ganjil maupun jarak dari pembakaran.

GREBAG SURO
Setelah makan siang dengan sate pengobatan, para peserta Hari Raya Sura bersiap-siap untuk mengikuti Grebeg Suro. Selasa Kliwon tepat pukul 14.30 Setelah memberikan sambutannya, Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Pemalang, Dra. Suspriyanti, MM. melepas Grebeg Suro. Grebeg ini mirip sekali dengan Kirab, namun secara filosofi dan makna keilmuan, Grebeg lebih tinggi nilainya dibandingkan dengan kirab. Selain tumpeng krobyong, berbagai hasil bumi dalam bentuk gunungan ikut serta dalam grebeg ini. Tidak ketinggalan raja kaya (hewan ternak) seperti Sapi dan ayam juga mejadi peserta Grebeg. di akhir Grebeg baik hasil bumi maupun raja kaya menjadi bahan rebutan bagi para peserta grebeg. Rebutan ini diyakini akan memberikan berkah dan manfaat bagi siapa pun yang ikut serta dalam rebutan hasil bumi dan raja kaya.


























Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kunjungan AK Perjalanan Kota Bekasi di Padepokan Wulan Tumanggal

Berkah Tahun Baru untuk warga sekitar Padepokan Wulan Tumanggal