SEKALI LAGI, PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA, DAN TIDAK AKAN PERNAH MENJADI PILAR
Pancasila selamanya tetap menjadi dasar negara Republik Indonesia,
ideologi bangsa, falsafah hidup, nilai-nilai luhur bangsa dan bukan
sebagai pilar bangsa. Hal ini disampaikan Romo Guru KRA Suryaningrat II pada peringatan Hari Pancasila 2016 di Padepokan Wulan Tumanggal. Beliau juga membuat yelyel "Pancasila Jaya, Pancasila Lesteri, Pancasila Kita Bela selamanya". Disampaikan lebih lanjut bahwa kita yang sudah memperingati hari Pancasila setiap 1 Juni selama 16 tahun, baru kali ini pemerintah terkena imbasnya yang akan menetapkannya sebagai Hari Lahirnya Pancasila. Tidak apalah ada kata "lahirnya", setidaknya sudah nyicil, meskipun Pancasila tidak pernah dilahirkan, tambah beliau.
Hari Pancasila 2016 ini diperingati selama 2 hari, mulai hari Selasa Legi (31/5) dengan acara sukuran/tumpengan, kemudian dilanjutkan dengan Sujudan. Rabu paginya (1/6) dilaksanakan upacara bendera dimana sebagai inspektur upacara adalah Drs. Tri Jaladara, Direktur Organisasi Kemasyarakatan, Direktorat Jenderal Politik dan Pemerintahan Umum Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia.
GELAR BUDAYA NUSANTARA
Selesai upacara bendera dilanjutkan dengan orasi dan diskusi Pancasila. Sebagai nara sumber adalah Drs. Tri Jaladara dan dimoderatori oleh Kang Ari dari Bandung. Acara berikutnya adalah Gelar Budaya Nusantara. Tampil pertama kali untuk membuka acara ini adalah Tari Gatotkaca yang dibawakan oleh Agung Kusumo Widagdo, penari sakaligus sutradara dan koreografer dari Surakarta. Dilanjutkan dengan Tari Kembang Lereng Gunung Slamet yang ditampilkan oleh 4 pelajar dari SDN 3 Slawi.
Penampil selanjutnya adalah Tari Dayak yang dibawakan 7 gadis dan diiringi musik khas dayak oleh 5 pemuda sebagai penabuhnya. Mereka tergabung dalam Sanggar J.C Oevang Oerai dari Kalimantan Barat. Berikutnya suguhan Tari Jaipong yang dibawakan 2 gadis cantik Maulin dan Widi dari sanggar Gentra Mustika Tasikmalaya. Tak kalah serunya, sesuai tema acara, Bagas dan Agung dari Sanggar Topeng Malang (Jatim) menampilkan Tari Garuda Nusantara. Terlihat seperti pemuda kembar, mereka juga menampilkan atraksi budaya kedua, yaitu Tari Sabrang.
Para Anak Alam Nusantara - Perguruan Trijaya pun ikut berunjuk kemampuan dengan membawakan Tari Kalang AAN. Dilanjutkan pertunjukkan Silat Ibing dari Keluarga Besar Silat Panjalu. Gelar Budaya ini ditutup dengan sebuah teatrikal menarik garapan seniman asal kota Bandung, Gatot Gunawan. Drama ini menampilkan kisah seorang Bung Karno yang mampu merumuskan Pancasila dan menjadi dasar negara Republik Indonesia.
Acara ini dihadiri juga Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa Tengah yang diwakili Kepala Seksi Nilai Budaya, Bidang Nilai Budaya, Seni dan Film, Eny Haryanti, S.Pd, M.Pd. Juga Hadir Dandim 0712 Tegal Letkol. Inf. Hari Santoso, S.Sos, Harjono mewakili Kepala Disparbud Kab. Tegal, Hamam mewakili Kepala Kantor Kesbangpollinmas Kab. Tegal, Iptu. Subagyo mewakili Kapolres Tegal Kota. Kapt. Inf. Gatot S Danramil 12/Jatinegara, Sekcam Bojong, Kapolsek Bojong AKP. Sugeng S, S.H, Kades Dukuhtengah, Kustinah beserta perangkat. Selain pejabat setempat hadir juga perwakilan organisasi kepemudaan yaitu Pemuda Pancasila, civitas akademika Politeknik Tegal dan beberapa tokoh masyarakat baik tingkat Kabupaten maupun Kota Tegal.
Hari Pancasila 2016 ini diperingati selama 2 hari, mulai hari Selasa Legi (31/5) dengan acara sukuran/tumpengan, kemudian dilanjutkan dengan Sujudan. Rabu paginya (1/6) dilaksanakan upacara bendera dimana sebagai inspektur upacara adalah Drs. Tri Jaladara, Direktur Organisasi Kemasyarakatan, Direktorat Jenderal Politik dan Pemerintahan Umum Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia.
GELAR BUDAYA NUSANTARA
Selesai upacara bendera dilanjutkan dengan orasi dan diskusi Pancasila. Sebagai nara sumber adalah Drs. Tri Jaladara dan dimoderatori oleh Kang Ari dari Bandung. Acara berikutnya adalah Gelar Budaya Nusantara. Tampil pertama kali untuk membuka acara ini adalah Tari Gatotkaca yang dibawakan oleh Agung Kusumo Widagdo, penari sakaligus sutradara dan koreografer dari Surakarta. Dilanjutkan dengan Tari Kembang Lereng Gunung Slamet yang ditampilkan oleh 4 pelajar dari SDN 3 Slawi.
Penampil selanjutnya adalah Tari Dayak yang dibawakan 7 gadis dan diiringi musik khas dayak oleh 5 pemuda sebagai penabuhnya. Mereka tergabung dalam Sanggar J.C Oevang Oerai dari Kalimantan Barat. Berikutnya suguhan Tari Jaipong yang dibawakan 2 gadis cantik Maulin dan Widi dari sanggar Gentra Mustika Tasikmalaya. Tak kalah serunya, sesuai tema acara, Bagas dan Agung dari Sanggar Topeng Malang (Jatim) menampilkan Tari Garuda Nusantara. Terlihat seperti pemuda kembar, mereka juga menampilkan atraksi budaya kedua, yaitu Tari Sabrang.
Para Anak Alam Nusantara - Perguruan Trijaya pun ikut berunjuk kemampuan dengan membawakan Tari Kalang AAN. Dilanjutkan pertunjukkan Silat Ibing dari Keluarga Besar Silat Panjalu. Gelar Budaya ini ditutup dengan sebuah teatrikal menarik garapan seniman asal kota Bandung, Gatot Gunawan. Drama ini menampilkan kisah seorang Bung Karno yang mampu merumuskan Pancasila dan menjadi dasar negara Republik Indonesia.
Acara ini dihadiri juga Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa Tengah yang diwakili Kepala Seksi Nilai Budaya, Bidang Nilai Budaya, Seni dan Film, Eny Haryanti, S.Pd, M.Pd. Juga Hadir Dandim 0712 Tegal Letkol. Inf. Hari Santoso, S.Sos, Harjono mewakili Kepala Disparbud Kab. Tegal, Hamam mewakili Kepala Kantor Kesbangpollinmas Kab. Tegal, Iptu. Subagyo mewakili Kapolres Tegal Kota. Kapt. Inf. Gatot S Danramil 12/Jatinegara, Sekcam Bojong, Kapolsek Bojong AKP. Sugeng S, S.H, Kades Dukuhtengah, Kustinah beserta perangkat. Selain pejabat setempat hadir juga perwakilan organisasi kepemudaan yaitu Pemuda Pancasila, civitas akademika Politeknik Tegal dan beberapa tokoh masyarakat baik tingkat Kabupaten maupun Kota Tegal.
Komentar
Posting Komentar