TAKJUB, SEBUAH PERAHU DI KAKI GUNUNG SLAMET
Perahu tersebut merupakan sebuah replika dari perahu yang bernama Baita Dutaning Bangsa. Sedangkan perahu aslinya berada di depan Sasana Nunggalati (nama sanggar pasujudan) di area Padepokan Wulan Tumanggal. Baita tersebut sengaja dibuat sebagai unsur pokok pada konsep dekorasi panggung astanalaya pada kegiatan "Peringatan 3 tahun RGKPA kondur ing ngarsa Gusti Ingkang Maha Agung".
Acara ini berlangsung meriah bercampur sakral. Hampir setiap malam di Padepokan Wulan Tumanggal turun hujan, namun malam itu, malam Minggu Pahing (13/11) cuaca langit sangat cerah. Astanalaya Kasidanjati pun yang disulap menjadi sebuah panggung spektakuler yang mempesona tanpa adanya genangan air.
Sebelum acara dimulai, para Putera dan tamu undangan dipersilakan untuk makan malam di Sasana Kembul Bojana (SKB) dan Pamiwahan Putera. Menu makan malam ini merupakan beberapa kuliner kareman (kesukaan) RGKPA. Setelah makan malam para tamu undangan diarahkan untuk naik menuju lokasi acara, yaitu di Astanalaya Kasidan Jati yang berjarak sekitar 300 meter.
Acara dimulai pukul 8 malam yang diawali dengan doa bersama, dan tari Gatotkaca, dilanjutkan sambutan Ketua Umum DPP Perguruan Trijaya KRT. PW. Ang. K. Teja Sulaksana. Kemudian dilanjutkan dengan penayangan kaleidoskop sekilas perjalanan RGKPA dan dilanjutkan sambutan Pembina Perguruan Trijaya RG. KRA Suryaningrat II (Romo Panji).
Setelah itu baru dilanjutkan dengan beberapa atraksi budaya. Diantaranya pembacaan puisi oleh adik Anti AAN, menyanyikan lagu Mars AAN (Anak Alam Nusantara), penampilan Tari Perantara 3 generasi, dan Tari Kalang 3 generasi. Semua karya seni budaya tersebut merupakan hasil cipta RGKPA.
Setelah penampilan beberapa karya RGKPA, dilanjutkan dengan atraksi seni budaya lainnya yang melengkapi sajian malam persembahan untuk RGKPA. Ada pertunjukkan seni pencak silat dari Ciparay, tari kreasi dari Lokra Bandung pimpinan kang Gatot Gunawan dan tari tradisi jawa oleh Eny Haryanti dari Dinbudpar Jawa Tengah.

Acara selesai pukul 23.30, beberapa tamu undangan pun segera berpamitan pulang. Namun beberapa masih berada di lokasi untuk mengikuti acara tambahan yaitu doa penghormatan dan persembahan untuk RGKPA. Tepat pukul 12 malam, ritual ini pun dimulai. Bertempat di pesarean RGKPA ritual ini dipimpin langsung oleh Romo Panji, diikuti semua Putera, simpatisan dan tamu undangan yang masih bertahan.
Mulai saat inilah rintik hujan mulai turun. membungkus sebuah persembahan untuk RGKPA. Berkah Gusti Ingkang Maha Agung.
Komentar
Posting Komentar