3 Tokoh Lintas Agama Semarang kunjungi Padepokan Wulan Tumanggal
3 (tiga) tokoh lintas agama kota Semarang, pada hari Kamis Kliwon (18/6) kemarin berkunjung di Padepokan Wulan Tumanggal, Desa Duikuhtengah, Kecamatan Bojong, Kabupaten Tegal.
Ketiga tokoh tersebut diantaranya KH. Abdul Qodir (Pengasuh Ponpes Roudhotus Sholihin Demak), Dammateja Wahyudi (Ketua Budha Teravadha Semarang) dan Setyawan Budy (Koordinator Pelita Semarang).
Rombongan berangkat dari Semarang hari itu juga, Kamis pukul 14.00 yang didampingi oleh Bambang Permadi, anggota Pelita dari unsur penghayat kepercayaan yang juga merupakan putera/anggota dari organisasi kepercayan Perguruan Trijaya.
Kedatangan rombongan disambut oleh Ketua Umum DPP Perguruan Trijaya PW. Ang. K Teja Sulaksana dan salah satu Pengurus Pusat, PW. Ang. Joko Sugianto. Selanjutnya mereka bertiga dijamu makan malam dengan menu utama sate kambing, kuliner tradisional khas di Perguruan Trijaya yang diyakini mampu mengobati berbagai penyakit.
Selanjutnya rombongan tokoh agama ini diterima oleh Pembina Perguruan Trijaya Romo Guru KRA Panji Suryaningrat II dalam sebuah ramah tamah kecil di Ruang Anggrek, Suryaningratan.
Setelah itu mereka bergabung dengan para putera/anggota Perguruan Trijaya di sebuah sasana yaitu Pamiwahan Putera untuk melaksanakan Pengantar Supit.
Kedatangan para tokoh agama ini bersamaan dengan ritual rutin Perguruan Trijaya yang dilaksanakan setiap malam Jumat Legi, yaitu Supit. Supit adalah singkatan dari Sujudan Kecepit. Suatu ritus doa kepada Tuhan Yang Maha Esa yang dilaksanakan diantara 2 (dua) malam sujudan wajib yaitu malam Kamis Kliwon dan Sabtu Pahing, tepatnya dimalam Jumat Legi tersebut.
Dalam sambutannya, Romo Guru menyampaikan terima kasih atas kehadiran para tokoh agama dari komunitas Pelita ini untuk ikut doa bersama dalam acara Supit yang diadakan setiap selapan sekali ini.
"Kehadiran beliau bertiga melengkapi sujudan kita sebagai unsur diluar anggota Perguruan Trijaya pada permohonan kita dimalam Supit ini", lanjut Romo Guru.
Setyawan Budy selaku koordinator Pelita menyampaikan bahwa ini merupakan kunjungan luar kota pertama kali oleh Pelita (Persaudaraan Lintas Agama) sejak pandemi Covid-19 diberlakukan.
"Kami merasa senang bisa berkesempatan mengikuti prosesi Supit ini, sebagai salah satu ritus rutin di organisasi penghayat kepercayaan Perguruan Trijaya", jelas Wawan panggilan akrab koordinator Pelita ini.
Setelah mengikuti sarasehan kecil dengan beberapa pengurus Perguruan Trijaya, tepat pukul 02.00 ketiga tokoh ini mengikuti sujudan/doa bersama di sebuah lokasi berdoa yang dinamakan dengan Sanggar Pamujan yang berjarak sekitar 300 meter menuju keatas dari Sasana Pamiwahan Putera.
Sujudan yang dilaksanakan sekitar 30 menit dengan suasana sepi dan dingin membuat perut terasa lapar, setelah selesai sujudan rombongan turun ke sebuah Pondok Kopi Sasaling masih di area Padepokan Wulan Tumanggal untuk menikmati Mie rebus dan kopi panas. Obrolan pun berlangsung hingga terbitnya matahari.
Setelah beristirahat sekitar 2 jam, tepatnya pukul 9 pagi rombongan diminta untuk makan pagi dan dilanjutkan dengan jalan-jalan berkeliling Padepokan Wulan Tumanggal yang mempunyai luas sekitar 3 hektar ini, sambil menikmati udara segar pagi hari Gunung Slamet.
Mereka mengunjungi beberapa sasana/tempat seperti Sasana Nunggalati (tempat sujudan/beribadah), Baita Dutaning Bangsa (replika perahu), Tugu Jiwa Nusantara, Tugu Batu, dan Sanggar Pamujan.
Selain itu, mereka juga mengunjungi pesarean (makam) Pendiri sekaligus Pembina pertama Perguruan Trijaya, Romo Guru KPA EK Giripati Suryaningrat yang dikebumikan di area pemakaman khusus penghayat Perguruan Trijaya dengan nama Astanalaya Kasidanjati.
"Kami merasa gembira bisa menikmati suasana padepokan yang asri, sejuk dan damai ini, yang secara geografis sengat strategis berada ditempat dingin yaitu di kaki Gunung Slamet." jelas Dammateja Wahyudi, atau biasa dipanggil dengan Romo Wahyudi.
"Semoga dengan kunjungan kami yang tak direncakan jauh hari ini, bisa menjadikan awal, situasi ini menjadi lebih baik, serta pandemi ini bisa segera sirna dari muka bumi", tukas KH. Abdul Qodir. (BP)
Ketiga tokoh tersebut diantaranya KH. Abdul Qodir (Pengasuh Ponpes Roudhotus Sholihin Demak), Dammateja Wahyudi (Ketua Budha Teravadha Semarang) dan Setyawan Budy (Koordinator Pelita Semarang).
Rombongan berangkat dari Semarang hari itu juga, Kamis pukul 14.00 yang didampingi oleh Bambang Permadi, anggota Pelita dari unsur penghayat kepercayaan yang juga merupakan putera/anggota dari organisasi kepercayan Perguruan Trijaya.
Kedatangan rombongan disambut oleh Ketua Umum DPP Perguruan Trijaya PW. Ang. K Teja Sulaksana dan salah satu Pengurus Pusat, PW. Ang. Joko Sugianto. Selanjutnya mereka bertiga dijamu makan malam dengan menu utama sate kambing, kuliner tradisional khas di Perguruan Trijaya yang diyakini mampu mengobati berbagai penyakit.
Selanjutnya rombongan tokoh agama ini diterima oleh Pembina Perguruan Trijaya Romo Guru KRA Panji Suryaningrat II dalam sebuah ramah tamah kecil di Ruang Anggrek, Suryaningratan.
Setelah itu mereka bergabung dengan para putera/anggota Perguruan Trijaya di sebuah sasana yaitu Pamiwahan Putera untuk melaksanakan Pengantar Supit.
Kedatangan para tokoh agama ini bersamaan dengan ritual rutin Perguruan Trijaya yang dilaksanakan setiap malam Jumat Legi, yaitu Supit. Supit adalah singkatan dari Sujudan Kecepit. Suatu ritus doa kepada Tuhan Yang Maha Esa yang dilaksanakan diantara 2 (dua) malam sujudan wajib yaitu malam Kamis Kliwon dan Sabtu Pahing, tepatnya dimalam Jumat Legi tersebut.
Dalam sambutannya, Romo Guru menyampaikan terima kasih atas kehadiran para tokoh agama dari komunitas Pelita ini untuk ikut doa bersama dalam acara Supit yang diadakan setiap selapan sekali ini.
"Kehadiran beliau bertiga melengkapi sujudan kita sebagai unsur diluar anggota Perguruan Trijaya pada permohonan kita dimalam Supit ini", lanjut Romo Guru.
Setyawan Budy selaku koordinator Pelita menyampaikan bahwa ini merupakan kunjungan luar kota pertama kali oleh Pelita (Persaudaraan Lintas Agama) sejak pandemi Covid-19 diberlakukan.
"Kami merasa senang bisa berkesempatan mengikuti prosesi Supit ini, sebagai salah satu ritus rutin di organisasi penghayat kepercayaan Perguruan Trijaya", jelas Wawan panggilan akrab koordinator Pelita ini.
Setelah mengikuti sarasehan kecil dengan beberapa pengurus Perguruan Trijaya, tepat pukul 02.00 ketiga tokoh ini mengikuti sujudan/doa bersama di sebuah lokasi berdoa yang dinamakan dengan Sanggar Pamujan yang berjarak sekitar 300 meter menuju keatas dari Sasana Pamiwahan Putera.
Sujudan yang dilaksanakan sekitar 30 menit dengan suasana sepi dan dingin membuat perut terasa lapar, setelah selesai sujudan rombongan turun ke sebuah Pondok Kopi Sasaling masih di area Padepokan Wulan Tumanggal untuk menikmati Mie rebus dan kopi panas. Obrolan pun berlangsung hingga terbitnya matahari.
Setelah beristirahat sekitar 2 jam, tepatnya pukul 9 pagi rombongan diminta untuk makan pagi dan dilanjutkan dengan jalan-jalan berkeliling Padepokan Wulan Tumanggal yang mempunyai luas sekitar 3 hektar ini, sambil menikmati udara segar pagi hari Gunung Slamet.
Mereka mengunjungi beberapa sasana/tempat seperti Sasana Nunggalati (tempat sujudan/beribadah), Baita Dutaning Bangsa (replika perahu), Tugu Jiwa Nusantara, Tugu Batu, dan Sanggar Pamujan.
Selain itu, mereka juga mengunjungi pesarean (makam) Pendiri sekaligus Pembina pertama Perguruan Trijaya, Romo Guru KPA EK Giripati Suryaningrat yang dikebumikan di area pemakaman khusus penghayat Perguruan Trijaya dengan nama Astanalaya Kasidanjati.
"Kami merasa gembira bisa menikmati suasana padepokan yang asri, sejuk dan damai ini, yang secara geografis sengat strategis berada ditempat dingin yaitu di kaki Gunung Slamet." jelas Dammateja Wahyudi, atau biasa dipanggil dengan Romo Wahyudi.
Komentar
Posting Komentar